Investasi Emas Pegadaian: Alokasi Dana Lebih Penting Daripada Waktu

Senin, 27 Oktober 2025 | 12:20:57 WIB
Investasi Emas Pegadaian: Alokasi Dana Lebih Penting Daripada Waktu

JAKARTA - Dalam setahun terakhir, harga emas menunjukkan tren kenaikan signifikan, bahkan lebih dari 60%. 

Fenomena ini sering membuat masyarakat bertanya-tanya kapan waktu yang paling tepat untuk membeli emas? Pasalnya, harga emas cenderung naik dalam jangka panjang dan hanya mengalami penurunan sesekali dengan jumlah yang relatif kecil.

Menyikapi kebingungan tersebut, Head of Bullion Business Division PT Pegadaian, Kadek Eva Saputra, memberikan pandangan yang berbeda. Menurutnya, daripada fokus pada waktu atau fluktuasi harga emas, yang lebih penting adalah berapa besar alokasi dana yang disisihkan seorang investor untuk berinvestasi.

“Kapan waktu terbaik membeli emas? Itu adalah kemarin, tapi kapan waktu terbaik kedua, sekarang,” kata Kadek.

Ia menekankan bahwa investasi emas sebaiknya dilakukan ketika investor sudah siap mengalokasikan dana. Tidak perlu menunggu harga turun secara drastis atau menebak momen pasar, karena hal itu seringkali lebih sulit diprediksi.

“Mumpung ada dana, jadi kita bisa mengalokasikan dana kita ke emas berapa persen, ke equity berapa persen,”
ungkap Kadek. 

“Waktu paling tepat membeli aset itu adalah sekarang, pada saat kita mengalokasikannya,” imbuhnya.

Emas Sebagai Aset Strategis

Selain dianggap sebagai investasi jangka panjang, emas memiliki peran strategis dalam portofolio investor. Kadek menjelaskan, emas dapat digunakan sebagai strategic asset, yang artinya bisa menjadi alat untuk rebalancing portofolio ketika alokasi aset lain bergerak.

Kelebihan emas lain adalah sifatnya yang relatif likuid, sehingga mudah dicairkan jika dibutuhkan, serta mampu melindungi nilai aset dari risiko inflasi atau gejolak ekonomi. Hal inilah yang membuat emas tetap menjadi primadona di kalangan investor individu maupun institusi.

“Emas memiliki fungsi sebagai aset yang menjaga nilai kekayaan dan bisa menjadi pengaman portofolio,” kata Kadek.

Strategi Pembelian: Sekaligus atau Cicilan

Kadek juga menekankan bahwa ada dua strategi utama dalam membeli emas. Pertama, membeli dalam jumlah besar sekaligus. Kedua, membeli secara bertahap dengan konsep dollar cost averaging (DCA).

Dengan strategi DCA, investor membeli emas secara rutin dalam jumlah lebih kecil tanpa harus menunggu harga turun, sehingga risiko fluktuasi harga dapat tersebar. Saat ini, banyak platform investasi menyediakan layanan pembelian emas dengan metode ini, memudahkan investor menyesuaikan strategi dengan kemampuan finansial masing-masing.

“Kita bisa beli sekaligus atau mencicil. Dua-duanya sama-sama efektif,” jelas Kadek.

Pergerakan Harga Emas Terkini

Sebagai informasi, pergerakan harga emas batangan di Pegadaian pada akhir pekan lalu menunjukkan sedikit koreksi untuk beberapa jenis emas, sementara Emas Antam tetap stagnan.

Harga emas UBS turun Rp 2.000 per gram menjadi Rp 2.452.000 dari sebelumnya Rp 2.454.000 per gram.

Harga emas Galeri24 turun Rp 2.000 per gram menjadi Rp 2.443.000 dari Rp 2.445.000 per gram.

Harga emas Antam stagnan di level Rp 2.590.000 per gram, tanpa perubahan dari hari sebelumnya.

Fluktuasi ini menggambarkan bahwa meskipun harga emas bisa bergerak naik-turun dalam jangka pendek, tren jangka panjangnya tetap naik. Oleh karena itu, investor yang telah menyiapkan alokasi dana dapat tetap membeli emas secara konsisten tanpa perlu menunggu harga “ideal”.

Alokasi Dana Lebih Penting daripada Timing

Dari pemaparan Kadek Eva Saputra, jelas bahwa kunci sukses investasi emas bukan pada timing atau spekulasi harga, melainkan pada disiplin alokasi dana dan konsistensi membeli. 

Investor yang sudah menyiapkan dana dapat langsung memanfaatkan momentum untuk menambah kepemilikan emas, baik sekaligus maupun bertahap.

Investasi emas tetap relevan sebagai aset lindung nilai, strategi diversifikasi portofolio, dan sarana menjaga daya beli di tengah gejolak ekonomi. 

Dengan harga emas yang cenderung naik dalam jangka panjang, investor tidak perlu menunggu waktu sempurna, karena waktu terbaik kedua selalu adalah “sekarang”, sesuai kapasitas alokasi yang dimiliki.

Terkini