Hari Pangan Dunia: Membangun Kedaulatan Pangan Nasional

Kamis, 16 Oktober 2025 | 09:15:02 WIB
Hari Pangan Dunia: Membangun Kedaulatan Pangan Nasional

JAKARTA - Hari Pangan Dunia diperingati setiap tanggal 16 Oktober untuk mengingatkan dunia akan pentingnya pangan bagi semua manusia. 

Peringatan ini bertepatan dengan berdirinya Food and Agriculture Organization (FAO) pada tahun 1945, yang menjadi tonggak penting bagi upaya global dalam ketahanan pangan.

Indonesia, kini di bawah pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, menempatkan isu pangan sebagai fokus utama dalam agenda nasional. 

Berbagai program besar telah diluncurkan untuk memperkuat kedaulatan pangan dan memperbaiki kesejahteraan petani sebagai pilar utama ketahanan pangan negara.

Semangat Hari Pangan Dunia tidak sekadar merayakan pencapaian, tetapi juga mengingatkan pentingnya pangan sebagai hak dasar setiap warga negara. 

Hak tersebut meliputi akses terhadap pangan yang cukup, bergizi, terjangkau, serta berkelanjutan tanpa mengorbankan kelestarian alam dan kesejahteraan petani.

Momen ini menjadi panggilan bagi seluruh elemen bangsa untuk terus berkomitmen menjaga ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan sejati bukan hanya tentang cukup makan, tapi juga tentang keadilan dan martabat manusia yang memberikan makan bangsa ini.

Serap Gabah: Menjaga Harga dan Kesejahteraan Petani

Salah satu program utama yang telah digenjot sejak tahun lalu adalah penyerapan gabah petani oleh Perum Bulog. Kebijakan ini dirancang sebagai langkah strategis menjaga harga gabah agar tidak jatuh saat panen raya di mana pasokan berlimpah dan pasar melemah.

Penyerapan gabah ini bertujuan untuk melindungi petani yang selama ini paling rentan dalam rantai pasok pangan akibat fluktuasi harga yang drastis. 

Hingga Mei 2025, program serap gabah Bulog mencatat penyerapan sebesar 1,88 juta ton, yang merupakan angka tertinggi dalam sejarahnya.

Dasar kebijakan ini adalah penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah sebesar Rp6.500 per kilogram untuk Gabah Kering Panen (GKP) tanpa syarat kualitas, berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2025. Pemerintah menargetkan penyerapan gabah setara 3 juta ton beras pada tahun ini.

Program ini mendapat sambutan positif dari petani, karena dianggap sebagai kebijakan paling berpihak pada petani dalam beberapa era terakhir. 

Namun, potensi risiko kerugian bagi Perum Bulog tetap ada, sehingga pemerintah harus memperkuat lembaga ini agar keberlanjutan program tetap terjaga.

Pemerintah juga perlu menyiapkan gudang dan peralatan yang memadai untuk memisahkan gabah berdasarkan kualitas serta fasilitas penyimpanan yang mampu menjaga mutu gabah dan beras. Hal ini penting agar kualitas stok pangan tetap terjaga saat distribusi.

Selain itu, perlu adanya jalur distribusi yang legal dan efisien agar sirkulasi gabah dan beras di Bulog berjalan lancar. Jika tidak, Bulog akan menghadapi masalah stok menumpuk tanpa bisa didistribusikan, ibarat manusia yang terus makan tapi kesulitan membuang sisa.

Di masa lalu, beras Bulog biasa disalurkan untuk pegawai negeri dan bantuan sosial, namun kini tunjangan beras lebih sering diberikan dalam bentuk uang tunai. Akibatnya, banyak gudang Bulog mengalami kesulitan dalam mendistribusikan beras sehingga kualitasnya menurun.

Upaya menjual beras dalam bentuk retail atau sachet pernah dicoba, tetapi tidak berlanjut karena keterbatasan sumber daya manusia Bulog yang tidak didesain sebagai agen pemasaran retail. Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan kembali format pemberian tunjangan beras, terutama untuk pegawai negeri dan bantuan sosial.

Idealnya, tunjangan beras tetap diberikan dalam bentuk beras yang disediakan Bulog agar kualitas dan distribusinya terjaga. Dengan distribusi profesional dan pengelolaan yang baik, protes dari penerima tunjangan dapat dihindari dan program ini akan lebih efektif.

Cetak Sawah: Investasi Jangka Panjang untuk Ketahanan

Program cetak sawah juga menjadi salah satu terobosan yang patut diapresiasi dalam upaya meningkatkan kemandirian pangan. Langkah ini diambil untuk mengurangi ketergantungan impor dan menahan laju konversi lahan sawah yang sulit dikendalikan.

Namun, pencetakan sawah bukanlah solusi instan. Lahan baru, terutama di kawasan marginal seperti rawa atau tanah kering masam, menghadapi tantangan besar dari segi kesuburan dan infrastruktur air.

Pemerintah harus jujur mengakui bahwa hasil optimal dari sawah baru tidak akan terjadi dalam waktu singkat. Klaim bahwa lahan baru dapat berproduksi maksimal dalam 3-4 tahun adalah tidak realistis dan harus dijelaskan dengan transparan kepada masyarakat.

Cetak sawah adalah investasi jangka panjang yang baru dapat memberikan hasil maksimal setelah 10-15 tahun saat tanah telah stabil dan subur. Sejarah desa-desa transmigrasi di Sumatera dan Kalimantan menjadi bukti bahwa kesejahteraan dapat diraih setelah satu generasi pengelolaan.

Dengan pendekatan ekoregional dan sosial inklusif, cetak sawah dan program food estate dapat menjadi contoh nyata bagaimana ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan berjalan beriringan.

Makan Bergizi Gratis: Membentuk Generasi Sehat

Program makan bergizi gratis yang dijalankan di hilir rantai pangan menunjukkan perhatian negara terhadap generasi muda dan kelompok rentan. Program ini tidak sekadar memberi makan, melainkan membangun generasi yang sehat, cerdas, dan produktif.

Meskipun program ini mungkin dianggap kurang penting oleh masyarakat menengah, bagi masyarakat bawah bantuan ini sangat berarti dan membantu mengurangi beban mereka. Contoh nyata adalah program mandiri Jum’at berkah yang membagikan makan siang gratis setelah Shalat Jum’at.

Fakta menariknya, anak-anak berebut mendapatkan makanan gratis tersebut dan bahkan orang dewasa mengakui sangat terbantu dengan program ini. Program makan bergizi gratis perlu diteruskan dengan prioritas pada wilayah terluar, terpencil, dan tertinggal (3T).

Di wilayah perkotaan, program ini dapat dijadikan opsi bagi sekolah swasta yang mampu membuat pernyataan tidak ikut serta. Begitu pula bagi siswa dari keluarga mampu di sekolah negeri agar fokus bantuan tepat sasaran.

Makan bergizi gratis juga harus menjadi pintu masuk untuk edukasi gizi, pengurangan stunting, dan promosi konsumsi pangan lokal seperti umbi-umbian, kacang-kacangan, dan sayuran tradisional.

Koperasi Merah Putih: Menguatkan Ekonomi Gotong Royong

Gagasan Koperasi Merah Putih menunjukkan semangat gotong royong dalam membangun ekonomi pangan yang berkeadilan. Koperasi tidak hanya berfungsi sebagai wadah usaha, tetapi juga alat distribusi keadilan ekonomi yang menyatukan petani, nelayan, peternak, dan UMKM.

Koperasi ini juga telah menjadi penyalur pupuk bersubsidi bagi petani dan ke depannya diharapkan mendapat kuota distribusi gas elpiji dan beras dari Bulog. 

Sinergi koperasi dengan program makan bergizi gratis dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dapat memperkuat ekosistem ekonomi pangan secara menyeluruh.

Hari Pangan Dunia adalah momentum penting untuk mensinergikan berbagai program Asta Cita agar menciptakan ekosistem pangan yang kuat dan berkelanjutan. Peringatan ini menjadi panggilan bagi bangsa untuk membangun sistem pangan yang adil, sehat, dan ramah lingkungan.

Kedaulatan pangan sejati adalah soal memastikan setiap manusia yang memberi makan bangsa ini mendapatkan martabat dan keadilan. 

Mulai dari petani di hulu, penyalur di tengah, hingga koki yang menghidangkan makanan di atas meja, semua harus mendapat perhatian dan kesejahteraan.

Terkini